Adakah kegiatan yang lebih menyenangkan dibanding pulang? Bel tanda berakhirnya pelajaran di sekolah adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu, baik oleh siswa, guru, maupun petugas sekolah. Sebab setelah itu mereka akan pulang ke rumah bertemu dengan keluarga. Pulang saat mudik lebaran juga dinantikan oleh mereka yang merantau. Jauhnya perjalanan, kemacetan lalu lintas, antrean panjang untuk memperoleh tiket justru menjadi bumbu penyedap nikmatnya pulang. Pendeknya, pulang adalah kegiatan menyenangkan yang dinanti-nantikan.
Orang-orang yang menginginkan segera ‘pulang’ adalah mereka yang merindukan pertemuan dengan Allah SWT, Sang Pencipta, dan ingin segera berkumpul dengan para nabi, rasul, syuhada dan orang-orang saleh. Sedang orang yang membenci ‘pulang’ adalah orang yang menderita penyakit hubbud-dunya, yaitu mereka yang masih mencintai dunia. Mereka menganggap dunia ini adalah segala-galanya, padahal akhirat itu lebih baik dan lebih abadi (QS Al-A’laa [87]:17).
Kemilau kenikmatan dunia inilah yang sering membuat seseorang lupa bahwa nantinya Ia akan dipanggil pulang kembali kepada Sang Khalik. Firman Allah SWT, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai.” (QS Arrum [30]:7).
Pulang kembali kepada Sang Pencipta atau yang kita kenal dengan mati adalah keniscayaan yang akan dialami oleh siapapun. Orang boleh membenci kematian dan melupakannya, namun kematian tetap akan menjemputnya sebagaiman firman-Nya, “Katakanlah sesungguhnya kematian yang engkau lari daripadanya, niscaya ia akan menemuimu. Kemudian engkau akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitahukan kepadamu apa-apa yang telah engkau perbuat.” (QS Aljumu’ah [62]:8).
Namun kapan seseorang harus pulang kembali kepada-Nya adalah misteri yang hanya diketahui oleh Sang Pemilik Kehidupan, Allah SWT. Manusia tidak kuasa menjadwalkan kapan seharusnya mereka pulang kembali kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 145 “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati selain dengan izin Allah.”
Jika pulang kembali kepada-Nya telah menjadi keniscayaan bagi kita semua, maka yang dibutuhkan adalah bagaimana mempersiapkan diri sebaik mungkin agar ‘pulang’ itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Menyiapkan ‘bekal’ itulah yang harus kita lakukan sekarang.